Sebilah pisau tajam di tanganmu Seperti ingin menghujam jantungku Ketika kudengar berita tentangmu Undangan merah di atas meja kamarku Seperti petir menyambar diri ini Merobek semua angan-anganku Asa ingin bersama, lebur ditelan badai Tumbanglah segala hasrat hatiku Duhai kekasih Mengapa harus kau jerat diriku Di saat cintaku dan cintamu menyatu? Mungkinkah diriku harus menanti? Sementara hatiku pun semakin membeku Ingin ku menangis, air mata pun kering Terlalu berat beban derita ini (Senja di Pantai Belawa, engkau labuhkan cintamu) (Di sana dulu kukenang dengan dirimu, kekasih) (Pasir putih jadi saksi kenangan kita berdua) (Namun semua itu kehendak Yang Kuasa) Seperti petir menyambar diri ini Merobek semua angan-anganku Asa ingin bersama, lebur ditelan badai Tumbanglah segala hasrat hatiku Duhai kekasih Mengapa harus kau jerat diriku Di saat cintaku dan cintamu menyatu? Mungkinkah diriku harus menanti? Sementara hatiku pun semakin membeku Ingin ku menangis, air mata pun kering Terlalu berat beban derita ini (Senja di Pantai Belawa, engkau labuhkan cintamu) (Di sana dulu kukenang dengan dirimu, kekasih) (Pasir putih jadi saksi kenangan kita berdua) (Namun semua itu kehendak Yang Kuasa) Mengapa harus kau jerat diriku Di saat cintaku dan cintamu menyatu? Mungkinkah diriku harus menanti? Sementara hatiku pun semakin membeku Ingin ku menangis, air mata pun kering Terlalu berat beban derita ini