Hu, hu-uh-uh Hu-uh-uh, hu-uh-uh Hu, hu-uh-uh Hu-uh-uh, hu-uh-uh Sudah terlalu lama Lumpur panas tak kunjung mereda Merendam, menerjang apa yang ada Tak ada tempat berteduh Untuk engkau, kau saudaraku Mimpi-mimpimu juga ikut tersapu Jangan padamkan semangatmu Maju terus, kita bersatu Hancurkan kekuasaan yang terus membelenggu ♪ Bagaimana bisa engkau bawa Negara yang dilalui garis khatulistiwa? Menangani lumpur panas, kau tak bisa Tanggung jawab tak ada, kau diam s'ribu bahasa Kau dipilih 'tuk membawa neg'ri ini Pakai hati nurani, bukan memakai ambisi Kurasakan derita saudaraku Kubunyikan genderang semangat untukmu, sedulurku ♪ Lumpur yang kering menjadi lautan Membumihanguskan semua harapan Luka Nusantara yang tak terlupakan Terhempasnya keadilan Oleh badai kekuasaan Jadikan semangat baru untuk terus melawan Tak ada kata menyerah Ketika langkah kaki sudah melangkah Rengkuh kemerdekaan dan jangan mengalah Bagaimana bisa engkau bawa Negara yang dilalui garis khatulistiwa? Menangani lumpur panas, kau tak bisa Tanggung jawab tak ada, kau diam s'ribu bahasa Kau dipilih 'tuk membawa neg'ri ini Pakai hati nurani, bukan memakai ambisi Kurasakan derita saudaraku Kubunyikan genderang semangat untukmu, sedulurku Dan kini mulai kami fahami Bukan revolusi, tapi kauberi ilusi Kauhancurkan semangat Merah-Putih Lumpur panas yang ganas itu yang menjadi saksi Lumpur panas yang ganas itu yang menjadi bukti Mereka berteriak mencari keadilan Tapi orang-orang melihat mereka kasihan Mereka meminta haknya pada sang negara Tapi orang-orang menganggap mereka mengancam negara Mereka berbicara tentang apa yang terjadi Tapi malah mereka yang dianggap memprovokasi suasana Mereka berjalan kaki dari kotanya menuju Ibu Kota Tetapi orang-orang berpura-pura buta Itu bukan asap tak guna Melainkan lumpur panas yang merendam rumah dan halaman Bendera kuning pun yang menandakan kematian Tak mampu lagi berkibar di sekitar lingkungan Atau jangan-jangan justru bendera kuninglah Yang membuat mereka mati secara perlahan